Kabupaten Subang
Lambang Kabupaten Subang Motto: Karya Utama Satya Nagara, Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju |
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Subang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Subang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di barat.Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 30 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 245 desa dan 8 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Subang.
<
Halaman Gedung Wisma Karya Subang |
Kabupaten ini dilintasi jalur pantura, namun ibu kota Kabupaten Subang tidak terletak di jalur ini. Jalur pantura di Kabupaten Subang merupakan salah satu yang paling sibuk di Pulau Jawa. Kota kecamatan yang berada di jalur ini diantaranya Ciasem dan Pamanukan. Selain dilintasi jalur Pantura, Kabupaten Subang dilintasi pula jalur jalan Alternatif Sadang Cikamurang, yang mlintas di tengah wilayah Kabupaten Subang dan menghubungkan Sadang, Kabupaten Purwakarta dengan Tomo, Kabupaten Sumedang, jalur ini sangat ramai terutama pada musim libur seperti lebaran. Kabupaten Subang yang berbatasan langsung dengan kabupaten Bandung disebelah selatan memiliki akses langsung yang sekaligus menghubungkan jalur pantura dengan kota Bandung. Jalur ini cukup nyaman dilalui dengan panorama alam yang amat indah berupa hamparan kebun teh yang udaranya sejuk dan melintasai kawasan pariwisata Air panas Ciater dan Gunung Tangkuban Parahu
Penduduk Subang pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon).
Peta lokasi Kabupaten Subang Koordinat: 107” 31’ - 107” 54’ bujur timur dan 6” 1’ - 6” 49’ lintang selatan | |
Provinsi | Jawa Barat |
Hari jadi | 5 April 1948 |
Dasar hukum | Undang-undang No. 4 Tahun 1968 |
Ibu kota | Subang |
Pemerintahan | |
- Bupati | H.Ojang Sohandi, S.S.T.P., M.Si. |
- DAU | Rp 917.181.913.000,-[ |
Luas | 2.051,76 km2 |
Populasi | |
- Total | 1,465,157 (2010) |
- Kepadatan | 686 |
Demografi | |
- Kode area telepon | 0260 |
Pembagian administratif | |
- Kecamatan | 30 |
- Kelurahan | 245/8 |
- Situs web | www.subang.go.id |
Sejarah
Masa Prasejarah
Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang
adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong),
Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda
prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana. Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Kecamatan Sagalaherang. Para peneliti, sekarang sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, yang diduga asal-muasal nama "Subang".
Masa Penyebaran Agama Hindu
Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara.
Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng
(Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah
terjalin kontak perdagangan
dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa
tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.
Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan
keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.
Masa Penyebaran Agama Islam
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana
yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa
Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan Agama Islam ke berbagai pelosok Subang.
Masa Penjajahan Belanda
Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya
wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat
kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda
berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan
kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat
konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771,
saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang,
tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang
memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812
tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang
selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden
(P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun
kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda.
Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha.
dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini,
pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi
onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang
kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.
Masa Nasionalisme
Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang.
Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di
Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap
(Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928
berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor
pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T
Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan
pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas
percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng
Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng
Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.
Masa Pendudukan Jepang
Pendaratan tentara angkatan laut Jepang
di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya
pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan
tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda
melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa
pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan
Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI.
Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang
menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front
barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta
berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas
pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang
kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya.
Bulan Desember 1946
diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari
jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil
residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I,
residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis
komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah
Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih
Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang
meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948
di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat
memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang
berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur
menjadi Kabupaten Karawang Timur
dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat
menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei.
Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibu kotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No.: 01/SK/DPRD/1977.
Iklim
Tingkat kemiringan dan Iklim
dilihat dari tingkat kemiringan lahan, sekitar 80.80 % wilayah
Kabupaten memiliki tingkat kemiringan 0° - 17°, 10.64 % dengan tingkat
kemiringan 18° - 45° sedangkan sisanya (8.56 % memiliki kemiringan di
atas 45 °. Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis, dalam tahun 2005 curah hujan
rata-rata pertahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari. Dengan
iklim yang demikian, serta ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan
banyaknya aliran sungai, menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang digunakan untuk Pertanian.
Geografi
Wilayah Kabupaten Subang terbagi
menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan
wilayah utara. Bagian selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas
dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah Kabupaten Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun perkebunan rakyat, hutan dan lokasi Pariwisata.
Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang berkembang perkebunan
karet, tebu dan buah-buahan dibidang pertanian dan pabrik-pabrik
dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta
instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah Kabupaten Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta pantai.
Topografi
Berdasarkan tofografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 zona, yaitu :
Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan)
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang.
Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang,
Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan
sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.
Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah)
Daerah
dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16
hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang.
Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati,
Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan
Pagaden Barat.
Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara)
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang.
Wilayah ini meliputi Kecamatan Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem,
Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan,
Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
Transportasi
Kabupaten Subang dilewati jalur utama pada wilayah Utaranya dan
dimanfaatkan juga sebagai jalur alternatif untuk ke Bandung, Cirebon
atau Tasikmalaya. Lintas Subang - Bandung melalui Kalijati semakin
diminati para pengemudi karena jalannya yang halus dan bebas hambatan
apalagi setelah dibukanya Gerbang Tol Keluar di daerah Sadang.
Persimpangan Jalancagak merupakan persimpangan strategis karena dari
persimpangan tersebut dapat menjangkau Bandung - Sumedang - Sadang
melalui Wanayasa dan Kota Subang sendiri. Bila dilihat dari pola
jaringan jalan yang ada, aksesibilitas jaringan jalan di kabupaten
subang bersifat sentris, dimana pergerakan antar wilayah yang
berseberangan akan melewati ibu kota Kabupaten Subang
yang berada pada pusat wilayah kabupaten subang secara keseluruhan. Hal
ini sebenarnya merupakan potensi positif bagi kota subang sebagai pusat
dari CBD kabupaten subang dalam upaya pengembangan daerah, namun disisi
lain akumulasi dampak negatif muncul ketika tingkat pengelolan jaringan
jalan sebagai aksesibilitas pergerakan relatif rendah juga faktor
kondisi prasarana jalan dibeberapa segmen ruas jalan di kota yang masih
dalam kondisi rusak secara strukural. masih kurang nya apresiasi
masyarakat sekitar terhadap tingkat kinerja aksesibilitas yang dimiliki
akan berdampak negatif terhadap pengembangan daerah secara keseluruhan,
hal ini terlihat pada tingkat kepedulian masyarakat terhadap kondisi
jaringan jalan bilamana jalan tersebut dalam keadaan butuh perbaikan
masih relatif rendah, ditambah lagi dengan upaya penanganan pemerintah
daerah yang dinilai sangat lamban terhadap kondisi serupa. Tema "Rakyat
Subang Gotong Royong Subang Maju" diharapkan akan menjadi pemicu
semangat Pemerintah Daerah sebagai pengelola sekaligus warga subang secara keseluruhan dalam merealisasikan cita-cita luhur Kabupaten Subang
khususnya dalam upaya pengelolaan di atas. Secara kuantitas maupun
kualitas, kondisi angkutan umum di kota subang belum mampu mengakomodir
mobilitas masyarakat subang, hal ini disebabkan keterbatasan trayek/rute
dari angkutan kota yang belum menjangkau kawasan padat penduduk secara
keseluruhan yang mendorong masyarakat lebih memilih untuk menggunakan
sarana transportasi
pribadi dibandingkan angkutan umum. Efek negatif dari kondisi tersebut
sudah terlihat, dimana pada beberapa ruas khususnya jalan pemukiman
intensitas kemacetan menjadi lebih tinggi. hal ini perlu perhatian lebih
serius guna mengantisipasi situasi yang lebih parah lagi di kemudian
hari. Dengan belajar dari daerah lain yang jauh lebih maju, konsekuensi
dari kondisi ini akan mahal harganya jika tidak ditangani sejak dini.
Penduduk
Kabupaten Subang berpenduduk
1.397.352 orang, yang terdiri atas 693.565 orang laki-laki dan 703.787
orang perempuan. Bila dilihat dari struktur umur, penduduk kabupaten Subang
terdiri atas 27,41 anak-anak yang berumur antara 0 sampai dengan 14
tahun, 8,02 % usia remaja yang berumur 15 sampai dengan 19 tahun 33,83 %
usia muda yakni penduduk yang berumur 20 sampai dengan 39 tahun dan
30,74 % penduduk berusia tua dan atau Lansia. Mayoritas penduduk Kabupaten Subang terdiri atas Suku Sunda, yang sebagian besar beragama Islam.
Perekonomian
Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan utama sebagai
petani dan buruh perkebunan, maka perekonomian Subang masih banyak
ditunjang dari sektor pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat
area perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan Kebun Teh yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan nama Nanas Madu. Nanas
Madu dapat kita temui di sepanjang Jalancagak yang merupakan
persimpangan antara Wanayasa - Bandung - Sumedang dan Kota Subang
sendiri. Dodol nanas, keripik singkong dan selai yang merupakan hasil
home industry yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh.
Melalui program binaan dibawah naungan Yayasan Kandaga, para petani
sedang membudidayakan jamur tiram dan perikanan di desa Cipunagara.
Sedangkan di desa Cibogo, selain membudidayakan jamur tiram dan tanaman
hias serta tanaman nilam, Yayasan Kandaga juga menggalakkan ternak
kelinci dan penyulingan minyak nilam serta bioetanol. Dan saat ini
sedang diupayakan untuk membudidaya ternak kelinci, budidaya ternak lele
bagi masyarakat yang memiliki sosial ekonomi kurang beruntung yang
terlibat di dalam Program Kesetaraan (Program Paket B) dan Keaksaraan
(PBH=Pemberantasan Buta Huruf) dalam rangka menggali dan mengembangkan
sumber daya lokal baik SDM maupun SDA yang ada serta untuk melestarikan
budaya bangsa dan mengembangkan wisata budaya wisata agro sebagai aset
bangsa khususnya di daerah tutugan G. Canggah yang berada diketinggian
1600 mdpl dengan dikelilingi panorama yang sangat mengagumkan. Sebagai
akselerasi dan penggerak program di atas, Yayasan Kandaga membuat suatu
pusta pelatihan dan Pemberdayaan masyarakat yang disebut PLPM Haur
Kuning (Pusat Latihan dan Pemberdayaan Masyarakat "Hayu Urang Kumpul
Ningkatkeun Elmu"). Hingga saat ini sudah seringkali dikunjungi dari
negara Amerika Serikat, Korea Selatan/Korea Utara dan Jerman, termasuk dari tim akademisi perguruan tinggi lokal serta para praktisi dari seluruh Indonesia dari Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Non-Formal)
Pendidikan
Kabupaten Subang sebagian besar
penduduknya yang telah beruasia di atas 40 tahun hanya mengenyam
pendidikan Sekolah Dasar, sehingga untuk menggerakan perekonomian rakyat
perlu ditunjang dengan keterampilan. Untuk meningkatkan pembangunan
saat ini lebih ditekankan pada generasi dibawah 40 tahun. 10 % warga
Subang berada diluar subang untuk sekolah dan bekerja. Kondisi ini
memberikan kontribusi negatif terhadap kota Subang sendiri, disebabkan
masyarakat subang yang masih dalam kategori usia produkif lebih memilih
sekolah dan bekerja ke luar kawasan subang.pembangunan dan pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan hakikatnya sudah dirintis oleh pihak Pemerintah Daerah, namun kendala fasilitas penunjang demi kelancaran aktivitas pendidikan
dipandang masih belum memadai. perlunya keterlibatan dari semua pihak,
agar pendidikan di kota Subang bisa terselenggara dengan baik, yang
tentunya akan berpengaruh terhadap kondisi kabupaten Subang secara
keseluruhan
Bagian ini membutuhkan pengembangan |
Pariwisata
Di antara rimbunnya perkebunan Teh, diwilayah Selatan, Kabupaten
Subang memiliki sumber mata air panas yang terus mengalir di daerah
Ciater. Sari Ater merupakan tujuan wisata yang sangat terkenal karena
ke-khasan-nya dan ramai pada saat liburan terutama pada saat liburan
Hari Raya Lebaran. Sari Ater selain menyediakan kolam pemandian air
panas juga memiliki penginapan - penginapan yang dikenal dengan Saung
Kabayan sehingga sangat cocok bagi sebuah keluarga yang ingin berlibur.
Kemudian juga terdapat klinik kebugaran (Spa) air panas yang letaknya
berdekatan dengan obyek wisata Sari Ater. Selain itu Kabupaten Subang
memiliki tujuan wisata alam air terjun yang memiliki pemandangan yang
cukup indah dimana hingga saat ini belum dikelola secara serius yaitu Curug Cijalu] yang terletak di daerah Sagalaherang dan Curug Cileat yang berada di Kecamatan Cisalak.sebelumnya juga ada Gunung berapi Tangkuban Perahu (su: Tangkuban Parahu) yang memiliki keindahan kawahnya dan udaranya yang sejuk. di bagian subang tengah sampai ke barat ada pantai pondok bali yang setiap tahunnya di gelar festival ruatan laut, di daerah ciasem juga ada pantai
kalapa-kalapa tapi tidak begitu ramai pengunjung karena pengetahuan
masyarakat yang kurang. dan di daerah blanakan ada tempat penangkaran
buaya, di sana kita bisa melihat buaya dari yang masih bayi sampai ke buaya yg tertua.
Objek Wisata
Berikut beberapa Objek Wisata terkenal di Kabupaten Subang :
Wilayah Subang Selatan
- Capolaga Adventure Camp
- Ciater Highland Resort
- Curug Agung/ Batu Kapur
- Curug Bentang dan Desa Wangun Harja
- Curug Cibareuhbeuy
- Curug Cijalu
- Curug Cileat
- Desa Wisata Sari Bunihayu
- Kampoeng Jatimas
- Pemancingan Lembah Gunung Kujang
- Sariater Spa Spring Resort
- Gunung Tangkuban Parahu
Wilayah Subang Tengah
- Kolam Renang Ciheuleut
- Planet Waterboom
Wilayah Subang Utara
- Penangkaran Buaya Blanakan
- Pantai Kalapa Patimban
- Pantai Pondok Bali
Wisata Sejarah, Budaya dan Keagamaan
- Gedung Wisma Karya, Subang
Gedung ini terletak di Jl. Ade Irma Suryani, Subang. Gedung ini
dibangun ketika Masa Penjajahan Belanda. Gedung ini digunakan untuk
Berdansa dan berpesta ketika jaman itu. Namun sekarang gedung tersebut
digunakan untuk public space dan aktivitas masyarakat Kota Subang. Di Gedung ini juga terdapat Museum Sejarah Kabupaten Subang, salah satunya patung tuan tanah, Willem Hofland.[4]
- Museum Daerah Wisma Karya
- Masjid Agung Kota Subang
- Gedung Gede / Big House
- Rumah Sejarah Perjanjian Kalijati
- Makam Nyai Subanglarang
Wisata Kuliner
- Oncom Dawuan
- Krupuk Miskin Purwadadi
- Nanas Simadu Jalan cagak
- Ubi Cilembu
- R.M. Mang Yeye
- Keripik Pisang 69
Kesenian
Subang memiliki beberapa Kesenian
yang tidak dimiliki oleh kabupaten/kota lain. Kesenian-kesenian
tersebut berkembang di masyarakat Subang sejak Masa Penjajahan dulu.
Berikut Kesenian dan Kebudayaan asli Kabupaten Subang :
Olahraga
Subang memiliki klub sepak bola,yang bernama Persikas Subang, yang bermain di Divisi Tiga. Klub ini bermain di Stadion Persikas, Subang. Stadion Persikas juga sering dipakai sebagai training center beberapa tim lainnya di Jawa Barat, seperti Persib Bandung, Persikab Kabupaten Bandung, dan Bandung FC dalam masa pemusatan latihan sebelum memulai kompetisi.
Arti Lambang
- Gambar
- Perisai Bersudut Lima
- Menggambarkan makna keselamatan negara, bangsa, masyarakat, dan agama.
- Pohon Beringin Bergelombang 17 Dengan Akar Tunjang Delapan
- Menggambarkan aspek sejarah Kabupaten Subang (Kutawaringin); kesatuan bangsa yang berjiwa Pancasila dan semangat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; pemerintahan sebagai pelindung rakyat; dan pelaksanaan pembangunan daerah bidang material maupun spiritual.
- Benteng Berkepala Lima Serta Benteng Bagian Bawah Berbata Empat dan Lima di Bawah Pohon Beringin
- Menggambarkan Pancasila sebagai landasan idiil dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berkaitan pula dengan makna pembangunan material dan spiritual.
- Bintang Kuning Bersudut Lima
- Menggambarkan karakteristik masyarakat Kabupaten Subang yang selalu bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan mengangungkan agama.
- Teks
- Benteng Pancasila
- Menggambarkan warga Kabupaten Subang yang senantiasa membentengi Pancasila sebagai landasan idiil negara dari pihak-pihak yang akan menyelewengkannya. Teks ini juga menggambarkan tekad masyarakat Kabupaten Subang untuk menjadikan Pancasila sebagai benteng mental dalam mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridoi Tuhan yang Maha Esa.
- Karya Utama Satya Negara
- Menggambarkan keutamaan karya untuk kepentingan negara, bangsa, dan agama.
- Warna
- Kuning emas pada pinggir perisai, pinggir pohon beringin, dan garis pinggir benteng, serta bintang
- Menggambarkan keluhuran budi dan kebesaran jiwa.
- Hijau tua pada dasar perisai
- Menggambarkan kesuburan tanah.
- Coklat
- Menggambarkan kawasan pedataran.
- Hijau muda
- Menggambarkan kawasan pegunungan.
- Biru
- Menggambarkan kawasan pantai.
0 komentar:
Posting Komentar