Kisah Raja-Raja Perkebunan Indonesia
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
JAKARTA - Investasi sebesar USD2,5 miliar disebut akan mengguyur Indonesia dalam sektor perkebunan kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Investasi tersebut umumnya dilakukan oleh pengusaha Indonesia yang merupakan termasuk konglomerat yang berpengaruh di Asia Tenggara.
Seperti dilansir dari Reuters, Senin (16/7/2012), berikut ini adalah sejumlah fakta mengenai pengusaha perkebunan Indonesia.
Martua Sitorus
Pada 2007, Martua melakukan merger dengan perusahaan kelapa sawit milik Kuok Khoon Hong, keponakan dari orang terkaya Malaysia. Perpaduan dua perusahaan tersebut maka lahirlah, Wilmar Internasional, sebuah perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia. Perusahaan minyak ini memiliki portofolio yang lengkap sebagai raja dari perusahaan mulai dari kilang, penghancur kelapa sawit di lima benua.
Wilmar sekarang ini merupakan perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia, juga dengan kilang minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di Indonesia. Serta menguasai sebagian dari perdagangan CPO dengan China, termasuk juga dengan beberapa perusahaan Singapura Asia Cargill.
Bachtiar Karim
Seperti saudara-saudaranya, Bachtiar Karim juga mengelloa perusahaan revinery terbesar kedua di Indonesia, Musim Mas. Keluarga Karim sendiri mengoperasikan Cheong Nam Sabun factiry, yang didirikan oleh ayahnya, Anwar Karim pada 1972. Itu merupakan akar dari perusahaannya sekarang yang didirikannya sekarang. Perusahaan ini mengekspor minyak kelapa sawit ke India yang merupakan importir minyak terbesar di dunia.
Eka Tjipta Widjaja
Dia adalah seorang imigran asal China, yang mengawali bisnisnya sebagai penjual biskuit dengan menggunakan becak pada tahun 1930-an. Di usianya yang ke-90, Eka Tjipta telah menjadi salah satu imperiun terbesar kelapa sawit di Asia Tenggara. Golden Agri Resources yang merupakan induk perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, PT Smart Tbk (SMAR).
Pada 2010, Smart dituduh melakukan penebangan hutan secara ilegal demi memperluas lahan. Audit independen menyatakan Smart bersalah dan Smart mengaku akan memperbaikinya.
Anthony Liem
Anthony Liem adalah anak bungsu dari Liem Sioe Liong (Sudono Salim), yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Soeharto. Liem telah meninggal pada beberapa waktu lalu. Rumahnya menjadi salah satu yang dihancurkan massa dalam kerusuhan reformasi 1998, di mana yang menyebabkan Soeharto turun sebagai presiden.
Salim melakukan negosisasi dengan pemerintah untuk menyelesaikan utangnya yang mencapai USD5 miliar. Salim merupakan penerus dari perusahaan milik ayahnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), produsen mi instan. Dia memperluas usahanya di perkebunan kelapa sawit, termasuk ke dalam Indofood Agri Singapura, yang merupakan anak dari perusahaan Salim Ivomas Pratama.
Ciliandra Fangiono
Ciliandra Fangiono (36) merupakan pengusaha minyak kelapa sawit termuda. Dia merupakan lulusan Cambridge Fangionio, sebelumnya dia adalah bankir di Merrill Lynch. Pada 2007, dia telah menjadi analis saham terfavorit untuk emiten perkebunan.
Aburizal Bakrie
Aburizal Bakrie adalah salah satu orang terkaya Indonesia, dengan peringkat ke-30 dari Majalah Forbes. Kekayaan bersihnya sekira USD900 juta. Pada 2004, dia memulai karier politiknya dan merupakan calon presiden dalam Pemilu 2014. Dia adalah pemilik kelompok usaha Grup Bakrie. Kerajaan bisnisnya mencakup bisnis perkebunan, tambang batubara, media dan perusahaan konstruksi bersama-sama dengan Nirwan Bakrie, yang tidak lain adalah saudaranya.
Lembaga pemeringkat Standard & Poors baru-baru ini menempatkan perkebunan Bakrie di Sumatera pada status watch. Peringkat itu mencerminkan kemampuan penyelesaian utang yang lebih lama dari yang diharapkan. Bakrie Sumatera juga akan ekspansi perkebunan karet, demi memanfaatkan kenaikan harga lateks.
Sukanto Tanoto
Tanoto (62) merupakan migran asal China. Tanoto harus putus sekolah di Medan di Sumatera, ketika ia masih remaja untuk membantu keluarganya. Namun sekarang ini dia menjadi salah satu konglomerat Raja Garuda Emas. Melalui kelompok usahanya, Tanato memiliki entitas perusahaan nonlisted, termasuk perusahaan minyak sawit Asian Agri, yang memiliki 160 ribu hektare perkebunan. Selain itu dia juga memiliki Asia Pacific Resources International Limited, sebuah perusahaan produsen kertas.
Putera Sampoerna
Setelah menjual bisnis rokok keluarganya ke Philip Morris pada 2005 senilai USD5 miliar, Putera Sampoerna menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi dalam usaha sektor perbankan dan telekomunikasi. Selama bertahun-tahun, Sampoerna mengembangkan perkebunan keluarganya termasuk Sampoerna Agro. Anaknya Michael Sampoerna kini ditempatkan menjadi presiden komisaris perusahaan kelapa sawit miliknya. (wdi)
0 komentar:
Posting Komentar